.jpg)
BAB1 : KESAN DOSA PADA HATI
Hati..seronok juga berbicara tentang hati ini. Setelah membuat beberapa kajian (mcm saintis la pula..).ana mula menyedari rupanya hati manusia ini, merangkumi keseluruhan sikap dan tindak-tanduk kita.
Seperti yang kita tahu..dalam hadis Rasulullah saw “setiap perbuatan itu dimulakan dengan niat”
hadis ini jelas menerangkan apa sahaja yang kita lakukan mestilah bermula dengan niat.
Cuba fikir sejenak..ketika kita bangun awal pagi. Apa yang kita lakukan..pergi tandas, cuci muka atau mandi. Apa yang anda semua faham dengan situasi tersebut.(tak faham) J
Kamu lakukan semua itu dalam keadaan sedarkan..sebelum kamu melangkah dari katil, niat ke tandas tadi terdetik dimana..ya, dari hati kita.
Tidak ada manusia yang suci dari dosa, setiap manusia pasti pernah melakukan dosa, dan sebaik-baik manusia adalah manusia yang bertaubat. Apalagi pada zaman sekarang ini, ketika baik dan buruk berjalan seiring, ketika hitam dan putih sukar untuk dibezakan, ketika kebenaran harus terkalahkan oleh setumpuk wang, dan ketika hukum sudah bisa diperdagangkan oleh para penguasa.
Boleh dikatakan sukarnya atau bahkan tidak mungkin kita akan menemukan orang yang tidak pernah melakukan dosa walaupun hanya sehari. Ketika kita merasa tidak pernah berbuat dosa, walhal itulah dosa kita. Bersikap sombong dan merasa suci dari dosa.
Para pembaca yang di hormati sekalian,
Ketika kita melakukan suatu perbuatan dosa, maka dosa itu akan memberikan satu titik hitam pada hati kita. Namun, apabila perbuatan dosa yang kita lakukan sudah terlampau banyak, maka yang tadinya hanya ternodai oleh satu titik hitam saja, kini hati kita sudah ternodai oleh banyak titik hitam yang pada akhirnya akan menjadi gelap dan jika terus dibiarkan dalam kegelapan maka akan menjadi hati yang mati (qolbun mayyit).
Seperti sabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya apabila seorang hamba melakukan perbuatan dosa maka dalam hatinya akan ada noda hitam, apabila ia berhenti dari dosa itu lalu beristighfar dan bertaubat maka hatinya akan bersih kembali.” (HR. Tirmidzi)
Jika kita analogikan dengan gelas yang berisi air yang jernih, seseorang yang bersih hatinya akan langsung mengesan suatu perbuatan dosa karena kotoran yang masuk ke dalam air yang masih jernih akan langsung terlihat dan dapat terus kita bersihkan. Akan tetapi, jika seseorang yang sudah terbiasa melakukan dosa dan lupa untuk beristighfar maka hatinya akan menjadi keruh dan susah untuk menerima hikmah. Ibarat air dalam sebuah gelas yang terlanjur keruh, akan sulit untuk dikenal pasti kotoran yang masuk dan sukar pula untuk dibersihkan.
Sahabat, ternyata dosa-dosa yang kita lakukan akan mengeruhkan hati kita dan menutup mata hati kita untuk memerhati hikmah yang diberikan. Ilmu yang kita pelajari akan terasa susah untuk kita fahami walaupun dengan pelbagai cara dilakukan. Mungkin bukan karena skil belajarnya yang salah, mungkin juga bukan karena penerimaan otak kita yang terbatas. Akan tetapi, jika kita renungkan, hal ini adalah pastilah disebabkan oleh dosa-dosa kita yang telah menjadi hijab sehingga akan menjadi tabir yang menutup pintu hikmah.
Kalau begitu, benarlah apa yang dikatakan oleh guru Imam Syafi’I, “Ilmu itu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang suka berbuat maksiat.” Ibnu Qayyim Al-Jauziah pun pernah menuliskan bahwa, “Sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang diletakkan oleh Allah di dalam hati, sedangkan maksiat memadamkan cahaya tersebut.”
Sahabat, sebenarnya jika kita ingin mengenal pasti apa yang menjadi penyebab kegelisahan hati kita, apa yang menjadi penyebab tidak merasa nikmatnya ibadah, janganlah serta-merta kita menyalahkan lingkungan, jangan pula gelabah untuk menyalahkan keadaan, kerana sebenarnya penyebab masalah itu semua adalah pada diri kita sendiri, dosa-dosa kita lah yang menjadi penyebabnya.
Oleh karena itu, Allah dengan sifat Maha Penyayang dan Maha Pengampun nya telah memberikan solusi pada kita semua. Dalam sebuah hadits qudsi, “Wahai manusia, ketika kamu berdoa kepada-Ku dan mengharapkan ampunan-Ku maka Aku akan mengampuni dosa yang ada pada kamu dan Aku tidak memerdulikan seberapa besar dosamu. Wahai manusia, seandainya dosa-dosamu itu mencapai setinggi langit, kemudian kamu memohon ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampunimu dan tidak peduli seberapa besar dosamu.” (HR. Tirmidzi)
Bersambung...(sibuk sikit..hanya dapat menulis ringkas sahaja)
p/s: ikuti topik ana tentang hati..banyak lagi ana nak kongsi
**maaf keletihan sedikit..sebab ana terpaksa menjaga budak tadika (part time)..cuti sem masih
panjang.
::hidup untuk mencari redha Ilahi::
Tiada ulasan:
Catat Ulasan